Di awal Bulan Mei tahun 2013 ini curah hujan di kota
Kendari masih tinggi, dalam pekan ini saja intensitas hujan dan panas cukup
seimbang. Jika dalam beberapa pekan ke depan curah hujan masih seperti ini,
bukan tidak mungkin insiden kejadian demam berdarah akan kembali mewarnai data
kunjungan pasien di pusat-pusat pelayanan kesehatan di Kota yang terkenal
dengan slogan kota bertakwa ini. Demam berdarah Dengue (DBD) memang setiap
tahun cukup menyita perhatian praktisi juga akademisi kesehatan Lota Lulo.
Bagaimana tidak setiap tahun waspada DBD tetap menjadi agenda rutin, penyakit
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty ini prevalensinya
dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Berdasarkan data yang dilansir dari Dinas Kesehatan
Kota Kendari, di sepanjang tahun 2011 dari sepuluh Kecamatan yang ada, hanya
satu Kecamatan yang bebas dari kasus DBD yakni Kecamatan Abeli, menyusul
Kecamatan Kendari dengan prevalensi DBD paling sedikit. Begitupun data di tahun
2012 menunjukkan kecenderungan yang sama. Jika ditinjau dari aspek geografis,
hal ini wajar terjadi mengingat kedua wilayah ini adalah wilayah pesisir, yang
memanjang di sepanjang garis pantai Kota Kendari.
Prevalensi DBD mengalami peningkatan drastis dalam
kurun waktu 2011-2012 yakni 33 kasus di tahun 2011 meningkat menjadi 114 kasus
di tahun 2012. Peningkatan yang cukup signifikan dari 11/100.000 penduduk
meningkat menjadi 39/100.000 penduduk. Dari dua belas Kecamatan yang ada,
prevalensi terbesar terjadi di wilayah-wilayah padat penduduk yakni di
Kecamatan Kadia terdapat 32 kasus, Kecamatan Wua-wua terdapat 22 kasus dan
Kecamatan Kambu terdapat 16 kasus.
Di awal tahun ini belum ada data resmi kejadian DBD yang
dilansir oleh Dinas Kesehatan Kota Kendari, namun berdasarkan pengamatan dan
hasil penyelidikan epidemiologi per kasus, DBD masih perlu diwaspadai terutama
bagi anak usia sekolah dasar mengingat kasus DBD tahun lalu banyak diderita
oleh anak-anak usia sekolah. Oleh karena itu, sebagai salah satu strategi dan
upaya pencegahan DBD, mahasiswa FKM Unhalu terhitung sejak tanggal 156 April sd
30 April 2013 telah turun lapangan melakukan penyuluhan pengenalan DBD pada 15
SD se-Kota Kendari. Mengapa pada murid
sekolah dasar? Alasan pertama populasi anak sekolah adalah populasi terbesar,
komposisi penduduk menunjukkan hampir 30 persen jumlah penduduk adalah usia
sekolah. Mereka berada dalam kelompok masyarakat yang terorganisir dan peka
terhadap perubahan sehingga murid-murid ini dapat diharapkan berperan dalam
upaya promotif dan preventif DBD. Alasan
kedua, usia sekolah ini merupakan populasi rentan terhadap kejadian DBD
mengingat penderita DBD banyak pada anak-anak sehingga anak sekolah perlu
dibentuk mengenal dan melakukan upaya pencegahan DBD sejak dini. Alasan Ketiga:
perwujudan nyata partisipasi anak sekolah dalam upaya penurunan prevalensi DBD dapat
dilakukan dengan program anak sekolah pengawas jentik. Program ini bisa terwujud jika anak sekolah
telah mengenal DBD berikut vektornya yaitu
nyamuk Aedes Aegypt.
Penyuluhan telah selesai dilaksanakan pada 15 SD se
Kota Kendari. Pemilihan lokasi
penyuluhan didasarkan pada daerah dengan jumlah kasus DBD yang ada pada wilayah
tersebut, dan hasilnya mendapat sambutan positif dari pihak sekolah yang
didatangi. Bahkan ada beberapa sekolah
yang meminta agar penyuluhan DBD seperti ini dilakukan secara kontinyu. Kegiatan penyuluhan ini juga sebagai ajang pembuktian
bagi mahasiswa FKM Unhalu untuk terus mengasah kemampuan sebagai penyuluh
kesehatan sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh Sarjana
Kesehatan Masyarakat. Akhirnya tak perlu menunggu sarjana untuk bisa berbuat
sesuatu karena masyarakat menantikan baktimu!!
Salam Sehat
Hartati Bahar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar