Rabu, 08 Mei 2013

Kota Kendari Endemis DBD, Mahasiswa FKM Unhalu Penyuluhan DBD


Di awal Bulan Mei tahun 2013 ini curah hujan di kota Kendari masih tinggi, dalam pekan ini saja intensitas hujan dan panas cukup seimbang. Jika dalam beberapa pekan ke depan curah hujan masih seperti ini, bukan tidak mungkin insiden kejadian demam berdarah akan kembali mewarnai data kunjungan pasien di pusat-pusat pelayanan kesehatan di Kota yang terkenal dengan slogan kota bertakwa ini. Demam berdarah Dengue (DBD) memang setiap tahun cukup menyita perhatian praktisi juga akademisi kesehatan Lota Lulo. Bagaimana tidak setiap tahun waspada DBD tetap menjadi agenda rutin, penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty ini prevalensinya dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Berdasarkan data yang dilansir dari Dinas Kesehatan Kota Kendari, di sepanjang tahun 2011 dari sepuluh Kecamatan yang ada, hanya satu Kecamatan yang bebas dari kasus DBD yakni Kecamatan Abeli, menyusul Kecamatan Kendari dengan prevalensi DBD paling sedikit. Begitupun data di tahun 2012 menunjukkan kecenderungan yang sama. Jika ditinjau dari aspek geografis, hal ini wajar terjadi mengingat kedua wilayah ini adalah wilayah pesisir, yang memanjang di sepanjang garis pantai Kota Kendari.

Prevalensi DBD mengalami peningkatan drastis dalam kurun waktu 2011-2012 yakni 33 kasus di tahun 2011 meningkat menjadi 114 kasus di tahun 2012. Peningkatan yang cukup signifikan dari 11/100.000 penduduk meningkat menjadi 39/100.000 penduduk. Dari dua belas Kecamatan yang ada, prevalensi terbesar terjadi di wilayah-wilayah padat penduduk yakni di Kecamatan Kadia terdapat 32 kasus, Kecamatan Wua-wua terdapat 22 kasus dan Kecamatan Kambu terdapat 16 kasus.

Di awal tahun ini belum ada data resmi kejadian DBD yang dilansir oleh Dinas Kesehatan Kota Kendari, namun berdasarkan pengamatan dan hasil penyelidikan epidemiologi per kasus, DBD masih perlu diwaspadai terutama bagi anak usia sekolah dasar mengingat kasus DBD tahun lalu banyak diderita oleh anak-anak usia sekolah. Oleh karena itu, sebagai salah satu strategi dan upaya pencegahan DBD, mahasiswa FKM Unhalu terhitung sejak tanggal 156 April sd 30 April 2013 telah turun lapangan melakukan penyuluhan pengenalan DBD pada 15 SD se-Kota Kendari.  Mengapa pada murid sekolah dasar? Alasan pertama populasi anak sekolah adalah populasi terbesar, komposisi penduduk menunjukkan hampir 30 persen jumlah penduduk adalah usia sekolah. Mereka berada dalam kelompok masyarakat yang terorganisir dan peka terhadap perubahan sehingga murid-murid ini dapat diharapkan berperan dalam upaya promotif dan preventif DBD.  Alasan kedua, usia sekolah ini merupakan populasi rentan terhadap kejadian DBD mengingat penderita DBD banyak pada anak-anak sehingga anak sekolah perlu dibentuk mengenal dan melakukan upaya pencegahan DBD sejak dini. Alasan Ketiga: perwujudan nyata partisipasi anak sekolah dalam upaya penurunan prevalensi DBD dapat dilakukan dengan program anak sekolah pengawas jentik.  Program ini bisa terwujud jika anak sekolah telah mengenal DBD berikut vektornya yaitu  nyamuk Aedes Aegypt.

Penyuluhan telah selesai dilaksanakan pada 15 SD se Kota Kendari.  Pemilihan lokasi penyuluhan didasarkan pada daerah dengan jumlah kasus DBD yang ada pada wilayah tersebut, dan hasilnya mendapat sambutan positif dari pihak sekolah yang didatangi.  Bahkan ada beberapa sekolah yang meminta agar penyuluhan DBD seperti ini dilakukan secara kontinyu.  Kegiatan penyuluhan ini juga sebagai ajang pembuktian bagi mahasiswa FKM Unhalu untuk terus mengasah kemampuan sebagai penyuluh kesehatan sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Akhirnya tak perlu menunggu sarjana untuk bisa berbuat sesuatu karena masyarakat menantikan baktimu!!

Salam Sehat
Hartati Bahar

Tidak ada komentar: