Sabtu, 08 Juli 2017

Referensi yang Menginspirasi




Perjalanan kehidupan adalah referensi yang menginspirasi,
 mungkin tak bisa ditemukan oleh semua orang, 
tapi bisa melekat pada semua orang, 
bahkan bisa terjadi pada semua orang. 

Perjalanan menuntut perubahan, 
dan perubahan adalah keniscayaan, 
referensi yang menginspirasi bisa didapat pada perubahan,
 teruslah berjalan karena dalam perubahan bertambah pengalaman, 
seiring itu impian dan harapan juga berkembang.

Alangkah indahnya meniti referensi yang menginspirasi lewat perubahan,
 aku ingin terus tumbuh dalam kebaikan,
 mungkin perubahan adalah adalah referensi yang menginspirasi

Dosen Seperti Apa yang Disukai Mahasiswa?



Hari ini seorang mahasiswa memposting tentang jilbab di group tertutup milik mahasiswa Promkes FKM Uho. Tentang jilbab, dosen, dan mahasiswa saya punya kisah tersendiri. Saya pernah dilarikan mahasiswa karena jilbab, ckck jadi mikir dosen seperti apa yang disukai mahasiswa? 
Suatu hari, saat lagi belanja ditemani adik sepupu di Lipo Plaza niatnya sih mau beli baju maka naiklah kita ke lantai dua, ehh tanpa sengaja bertemu mahasiswa FKM UHO tingkat akhir, saya awalnya tidak menyadari kehadirannya sampai adik sepupu saya berkata :
"Ka lihatpi itu.. (menunjuk ybs) kenapa di' pas da lihat kita da lari sembunyi? Dia larikanki' ka..kenapa ka? "
"Siapa de? Mana?" 
Mata mencari arah yang dia tunjuk, saya mengikuti arahan adik sepupu, mencari dan akhirnya ketemu seorang gadis dengan rambut panjang tergerai..hanya bisa tersenyum dan dan berbisik pada pada adik sepupu:
"Ohhh yang sana itu mahasiswaku de.., dia lari mungkin karena ga pake kerudung, klo di kampus dia itu kerudungan..." 
Adik sepupu saya ikutan tersenyum bersama..kodong..kodong...kasiannya dilarikanki mahasiswa..
Esoknya saya bertemu dia dikampus, kebetulan lagi dia menghadap untuk konsultasi jurnal penelitiannya, tau kan adegan selanjutnya..hehee..

Saya ngobrol panjang lebar bahwa sebenarnya saya melihat dia kemarin dan bertanya kenapa mesti sembunyi?
Sampai akhirnya keluar kata ini darinya:
"Maaf bu..maaf yang kemarin"
"Lho knp minta maaf sama ibu? Tdk de kita tdk ada salah sama ibu, minta maaf nya jangan ke ibu..." 
Saya hanya bisa bilang seperti itu pada dia dan malamnya sempatkan menulis terinspirasi dari kejadian hari itu..
***
Kemuliaan dan Selembar Kain
Selembar kain ini menjadi bernilai saat pemakainya sadar bahwa ini adalah tanda ketaatan bukan sekedar pakaian.,
Selembar kain ini akan bernilai saat kesadaran hadir tentang kewajiban menunaikan titah sang penguasa alam bukan hanya sekedar penutup kepala.,
Selembar kain ini akan bernilai saat kesadaran hadir bahwa muara yang dituju dari hijab adalah keridhoan Allah bukan sekedar menggugurkan kewajiban.,
Selembar kain ini boleh jadi menjadi bukti ikatan antara penguasa kehidupan dan hambanya.,
Bukankah Dia bertanya Alastu Birabbikum? (bukankah Aku tuhanmu?) kita pun menjawab qaaluu balaa syahidnaa.. "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".

Hari dimana Roh berjanji akan ketaatan dan penghambaan pada-Nya.,Janji yang akan dimintai pertanggungjawaban, inilah yang membuat selembar kain ini begitu berharga.
Selembar kain yang menentukan posisi seorang wanita dalam pandangan Tuhannya,.
Selembar kain tetap selembar kain tapi selembar kain bisa membawa kemuliaan dengan ketaatan pemakainya.,
Lalu apa yang salah dengan melepas kain itu? memasangnya kembali, lalu melepasnya lagi?
Agama ini nasehat dan hati ini bagai buku berbolak-balik. Angin sepoi membuatnya bertahan, angin kencang membuatnya bertebaran, selalu ada kesempatan kembali, selalu ada kesempatan memperbaiki lembar-lembat halamannya.
Saat nasehat tak mampu lagi menyentuh hati, Doa selalu jadi pilihan terbaik, semoga Allah memberi dan menjaga hidayah untuk hati-hati ini.
Doa adalah pengikat kita, karena aku dan kamu tak ada yang tau ujung dan akhir ceritamu, juga ujung dan akhir ceritaku..
semoga kisah kita dan semua yang sempat membaca tulisan ini berakhir penuh keberkahan, berakhir penuh ketaatan...Aamiin Allahumma Aamiin...
"Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik (Wahai Zat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)"
***
Hidup selalu butuh perjuangan…
Seperti bahagia yang harus diupayakan…
Sertakan Allah dalam setiap perjalanan…
Itulah syarat utama kebahagiaan
Bukanlah iman jika hanya sekedar angan-angan dan khayalan, akan tetapi iman diucapkan dan dibuktikan dengan anggota tubuh dan amal sholeh, demikian perkataan Hasan Al Basri.
Alangkah beruntungnya manusia2 yang ingin menjadi baik dgn memperbaiki diri, walaupun harus memaksakan diri. Untuk kebaikan dan amal sholeh memaksakan diri tak akan merugi. Jika tak menghabiskan usia dengan kebaikan pastilah dihabiskan dengan keburukan.
"godaan dunia amatlah samar, hanya terlihat bila diperhatikan secara seksama dan penuh kesadaran jiwa, hanya orang yang betul2 sadar yang tahu kalau dirinya sudah terjebak dalam cinta dunia" Hasan Al Basri.
Konon untuk sebuah "kebaikan" memaksa diri pun tak mengapa.
"Dunia bukanlah kediaman abadi kalian. Allah telah menetapkan dunia sebagai alam yang fana. Allah telah menetapkan kesulitan bagi para penghuni dunia selama di dunia. Berapa banyak bangunan permanen yang tak lama saja sudah hancur. Berapa banyak orang yang hidup berkecukupan tak lama saja sudah kembali sengsara. Kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah persiapkan perbekalan terbaik yang kalian miliki untuk mengarungi perjalanan. Berbekallah, dan bekal terbaik adalah ketakwaan!" (Umar Bin Abdul Asis)
Yaa Allah jadikanlah usaha kami ini sebagai hujjah kami dihadapanMu kelak. Mungkin ini tak akan mudah, tapi ijinkan kami menempuh setapak demi setapak jalan menujuMu, menjemput keridhoanMu bersama2 bergenggaman tangan dan saling menguatkan.
















buku pemasaran sosial

Kamis, 06 Juli 2017




Buku dasar2 promosi kesehatan, sudah edar sejak tahun lalu,  Alhamdulillah

Minggu, 02 Juli 2017

Galak

_Semester ganjil 2012  


Aku mempergegas langkah kaki ke ruangan kuliah, sesekali melirik sekilas ke pergelangan tangan, jarum jam silver mendekati angka delapan, itu artinya sudah waktunya mengajar jam pertama, tahun ajaran baru, mahasiswa baru, selalu ada semangat menjumpai mereka, wajah wajah teduh khas sama, polos siap di poles oleh atmosfer kampus.  


Waktu berlalu, tak terasa dua jam pelajaran selesai, kelas besar menguras energi tapi raut wajah anak2 itu seakan memberi warna tersendiri, seperti biasa pertemuan perdana pasti membuat mereka punya kesan tersendiri, kesan pertama di pertemuan pertama. 

"Hari ini kita buat kontrak kuliah yah, klo bisa semua mahasiswa perempuan ke kampus menggunakan rok, janganlah kalian pakai celana panjang ke kampus, apalagi pakaian ketat, klo bisa dihindari yah, bukan apa2 beberapa waktu yang lalu saya sempat dapat keluhan dari kakak kelas kalian yang sulit konsentrasi belajar karena pakaian ketat, jadi kita sepakat yah, kuliah bersama ibu kita sama2 memakai rok untuk perempuan, gimana kalian setuju,?"

"Iya bu, setuju!!"  

"Alhamdulillah.."  

Itulah kesepakatan yg kami buat hari ini, pemaksaan? Tergantung perspektif masing2, perempuan dan rok, pemaksaan? Ah yang bener saja!!  

 ***  
Krasak krusuk mahasiswa sibuk mempersiapkan persentase kuliah, alat dan bahan materi persentase sudah di pajang di dinding2 kelas, kelompok telah dibagi sejak pekan lalu, kini saatnya mereka mempersentasekan tugas mereka.  

"Kenapa kelompok kalian materi persentasenya seperti ini?! Tidak maksiamal sekali cara kalian mengerjakan tugas!! Sudah ini yah kemampuan terbaik kalian??"

Saya memberi komentar pada salah satu kelompok yang memaparkan materinya,mereka tak bisa menjawab terdiam, kompak hening seluruh kelas. 

 "Coba perhatikan dan jawab pertanyaan ibu, berapa orang yang mengerjakan tugas ini? Jujur yah!" 

 Saya bertanya lugas pada anggota kelompok tersebut, dan hanya sebagian kecil dari mereka yang angkat tangan.  Jadilah hari ini saya memberikan komentar panjang lebar tentang tugas "asal jadi" persentase "asal maju" buatan mereka, satu kelas dapat sarapan pagi tambahan. Di akhir perkuliahan saya menambahkan, 

 "Pekan depan akan ada tugas berikutnya, materi berbeda tetapi metode mengerjakan tugas tetap sama. Silahkan kelompok diskusikan dan putuskan, kalian akan mengerjakan tugas "asal jadi" seperti hari ini, atau berbuat yg terbaik, kuliah selesai!!"  

Saya segera keluar dari kelas itu, dan membiarkan mereka berdialog.  Pekan depan di waktu dan jam yang sama saya kembali mengajar di kelas itu, hasilnya?? 

Apakah kualitas pekerjaan rumah  mereka tetap sama?? 

  Isi kepala kita sama, Alhamdulillah!!  

Sabtu, 01 Juli 2017

Bang Tobat Bang

Kisahku dan  a bang

***

Bang.. Bang.. Tobat saya Bang.. Janji tak ku ulangi Bang..

Kami pun punya pengalaman tak terlupakan soal bang yang satu ini. Tahun 2012 silam entah gimana awalnya  bisa terjerat dosa besar ini, mungkin karena saat itu ada teman ibu yang ingin melepas KPR rumahnya dengan harga miring, beliau sekeluarga lagi di runung masalah dan menawarkan take over kredit rumahnya pada ibu, karena ibu suka dengan lokasi rumah, apalagi dekat pasar, kampus, rumah sakit, pusat perkantoran,  sekolah, maka ibu membujuk ku untuk melanjutkan cicilan KPR itu.  Setelah diskusi dengan keluarga akhirnya diputuskan mengambil rumah itu.

"Baiklah daripada gaji juga habis percuma, biarlah gpp deh mulai cicilan rumah" Pikirku saat itu.

Tahun berlalu, hingga 2016 tidak ada masalah dengan KPR kami, hingga pada suatu malam saya berdiskusi dengan suami, suami bertanya

 "coba ingat2 kembali, sejak kapan kita sering sakit?"

Saya jawab pertanyaan suami sambil merenung,  yah tahun 2014 saya pernah masuk rumah sakit karena sakit perut berkepanjangan, gejalanya sudah terasa sejak 2013 tapi akut benar2 pas lebaran 2014, Saya harus diopname di RS selama beberapa hari. Penyakitnya tidak berhenti sampai di situ,  akhir tahun 2015 tiba2 muncul benjolan di bawah ketiak, tidak tanggung2 melebar hingga sembilan sentimeter, Saya sampai memeriksakan diri di RS Surabaya pada waktu itu, Alhamdulillah kata dokter tidak ganas tapi harus di angkat hingga ke akarnya. Saya ceritakan semuanya pada suami. Beliau hanya bergumam lembut sambil menggenggam tanganku "Hmm setelah Dipikir2 ternyata rentang waktu penyakit2ta itu ada setelah cicil rumah ini, Apa ada hubungannya? Jangan2 ini juga penyebab Allah belum mengabulkan doa2 kita untuk punya momongan" Ucapnya sambil menerawangi rumah kami.

Tanpa terasa air mataku menetes, tersentuh dengan ucapan lembutnya, padahal dia mengatakan nya nyaris berbisik, genggamannya di tanganku pun makin erat. Akhirnya kami berdua berkesimpulan harus segera putus hubungan dengan bang, kalimat  pamungkas untuk bang sudah kami siapkan "

"Bang, You and Me,  End!!!"

Segera setelah itu kami memasang pengumuman di media on line untuk menjual rumah kami, harapannya rumah ini terjual untuk melunasi pokok utang pada bang yang jumlahnya lumayan besar. Tapi usaha kami bukannya tanpa hambatan, hampir sebulan tak ada tanda2 rumah kami akan laku, calon Pembeli hingga deadline pembayaran cicilan bulan berikutnya belum nampak, kami pun sudah tak mau lagi membayar cicilan bulan berjalan,  membayar cicilan berarti membayar Bunga bang yang hampir tiga perempat bagian dari total cicilan kami. Tak mau tak boleh lagi bayar cicilan Riba.

Kami berembuk lagi, akhirnya jalan satu2nya untuk mendapatkan uang cash dalam waktu singkat adalah mobil, yah mobil harus kami lepas, Alhamdulillah mobil kami laku hy dalam waktu dua hari, Tapi harganya belum mencukupi harga rumah, di tambah pinalty karena percepatan pelunasan utang kami hampir Menembus 130juta rupiah.

Yaa Allah demikian beratkah ingin lepas dari jeratan Riba? Kami berdua hampir pitis asa,  waktu akhir sebelum tenggang bulan kedua sdh di depan mata,  Akhirnya saya menghubungi beberapa teman yang saya rasa bisa membantu, Alhamdulillah dua orang teman baik kami mau meminjamkan sisa kekurangan uang kami (jumlahnya lumayan besar). Semoga sahabat yang membantu kami ini dimudahkan urusannya dunia akhirat (aamiin).

Kami pun ke bang untuk memutuskan hubungan. Saat pengurusan pelunasan KPR tersebut ada percakapan menarik yg tdk bisa kami lupakan.

"kami tdk bisa lagi melanjutkan cicilan rumah kami pak"

Percakapan mengalir, kami menjelaskan maksud kedatangan kami, mereka merespon dan di akhir percakapan

"Pengajian di mana bu?  Islam Jama'ah yah ?"

"..!?..?!¥@#.."

***

Sebuah kesyukuran luar biasa akhirnya bisa lepas dari jeratan bang bang, gpp deh naik motor lagi yang penting hati tentram bebas utang riba, Alhamdulillahnya lagi dalam jangka waktu dua bulan utang ke dua sahabat kami itu telah kami lunasi (terima kasih banyak untuk bantuannya pada kami, semoga mereka berdua membaca postingan ini). Rezki Allah maha luas,  ingin lepas dari maksiat insyaAllah akan dimudahkan.

Satu lagi sebulan setelah lepas utang KPR riba bang,  saya positif hamil. Apakah ini kebetulan? :)

Maka nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan

Hidup Bebas Merdeka itu Lepas dari Riba, setuju??