Sabtu, 26 Januari 2013

Membaca oh Membaca


Tok..Tok…
Tamu (T) : Assalamu a’laykum…
Tuan Rumah (TR) :  Waalaykum salam..Siapa?
T    : Maaf, saya mengantar undangan bu..
TR : Undangan apa?
T : Undangan pernikahan bu..
TR : Kapan?
T : Hari ahad bu
TR : Di mana?
T : Di gedung pariwisata bu pukul 19.30

Percakapan ini biasa terjadi, alangkah mubasirnya pertanyaan-pertanyaan tuan rumah toh semua pertanyaan sudah ada jawabannya di dalam undangan..akhirnya undangan yang ada tak pernah dibaca, untuk apa di baca isinya kan sudah ketahuan semua.

Ini adalah sepenggal ilustrasi yang menggambarkan rendahnya budaya membaca.  Sudah hampir setahun mengelola perpustakaan kampus, tapi kunjungan ke purpustakaan sangat minim, jika mahasiswa saja yang harusnya dekat dengan ilmu, dekat dengan buku tak berminat berkunjung ke perpustakaan, apalagi masyarakat umum.  Masih hangat di benak kita berita disalah satu harian di kota ini keluhan pengelola perpustakaan daerah ttg minimnya pengunjung perpustakaan daerah. Inilah cerminan budaya membaca yang sdh lama ditinggalkan. 

Perhatikan gambar-iklan yang terpampang dijalan utama kota kita, perbandingan gambar dan tulisan jauh berbeda, yah karena masyarakat lebih suka melihat gambar ketimbang membaca tulisan, pilih mana (jika dihadapan kita ada film dan buku) memilih film? Atau buku? Atau pertanyaan singkatnya buku apa yang sudah kita khatamkan minggu ini? Atau koleksi buku kita, apa sdh ada penambahan?      (*untuk diri sendiri juga)

Berapa banyak org yang berfikir membeli buku, dan berapa banyak orang yang berfikir membeli baju, Anda termasuk yang mana? Berfikir saat beli buku, atau berfikir saat beli baju? Hehe… pertanyaan aneh!! J

Prihatin dengan rendahnya budaya membaca..[]

Kamis, 17 Januari 2013

Kematian Ibu Melahirkan, Pilu!

Kesibukanku dikampus terhenti sejenak karena membaca sms dari Bapak ” Nak, Nia temanmu nak, meninggal saat melahirkan anaknya yang ke tiga” Deg..Innalillahi wa inna ilayhi rojiun,.. Yaa Allah berita duka lagi.. baru tadi pagi mendengar berita duka seorang teman kehilangan bayinya yang berusia beberapa hari, siang ini kembali mendapat kabar teman sekolah dan teman bermainku masa kecil telah kembali menghadap Rabb-Nya karena pendarahan yang dialaminya dalam proses melahirkan.

Yah..semua yang bernyawa pasti akan mati, hanya saja secara kebetulan hari ini 2 (dua) berita duka yang saya dengar berhubungan dengan KIA/Kesehatan Ibu dan Anak. Berita pertama kematian bayi berusia tiga hari dan berita kedua adalah kematian ibu karena proses melahirkan. Kematian Bayi dikenal dengan istilah Infant Mortality Rate (IMR) yakni kematian anak dibawah satu tahun, kematian Ibu dikenal dengan istilah Maternal Mortality Rate (MMR) yakni kematian ibu pada saat hamil, melahirkan, dan masa nifas. Baik IMR dan MMR biasanya digunakan sebagai indikator derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah. IMR dan MMR berbanding terbalik dengan status derajat kesehatan masyarakat, dan tentu saja kita semua berharap IMR dan MMR mencapai zero accident untuk mewujudkan kesehatan ibu dan anak yang optimal.

Semua ibu hamil menginginkan bayinya sehat, dan bayi yang sehat idealnya lahir dari ibu yang sehat pula, Secara medis satu saja terdapat kematian ibu saat melahirkan merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan perlu penanganan lebih lanjut. Masa kehamilan-melahirkan-masa nifas periodenya cukup panjang (10 bulan 20 hari), dalam masa ini seorang perempuan masuk dalam kategori berisiko tinggi (high risk) karenanya perlu perhatian dan perawatan khusus. Jika di awal kehamilan ibu mengalami gangguan dan keluhan karena kehamilannya, ibu masih ada waktu memperbaiki dalam kurun masa kehamilan yang panjang tersebut, hanya saja bisa menjadi masalah jika ibu terlambat memeriksakan kehamilan (K1 dan K4) sehingga pendarahan, anemia, eklamsia , abortus berpotensi terjadi dan berujung pada kematian maternal.

Lepas dari kematian itu Allah yang mengatur, kematian ibu (MMR) bisa dicegah minimal dengan pemeriksaan kehamilan yang teratur empat kali selama hamil; 1 kali di trimester pertama, 1 kali di trimester kedua, 2 kali di trimester ketiga. Dalam pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care/ANC) ini ibu hamil bisa mengetahui perkembangan kehamilannya sehingga bisa melakukan tindakan preventif dan kuratif selama hamil sehingga tak ada lagi ibu hamil yang terlambat mendapatkan pertolongan, terlambat mengambil keputusan, dan terlambat mencapai pelayanan kesehatan. Hal inilah mungkin alasan mengapa MMR dijadikan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat.

Hari ini, hatiku tersentuh karena kematian ibu melahirkan itu menimpa temanku, teman sekolah sekaligus teman kecilku. Kami memang sudah lama tak bertemu.. sejak kepindahan kami dari rumah dinas Bapak 7 (tujuh) tahun lalu, kami sudah jarang sekali bersua. Hari ini kami semua bersedih telah kehilangan seorang teman, masih terngiang isak tangis keluarga menceritakan rencana bahagia temanku untuk bayi yang akan dia lahirkan itu.. kini semua tinggal rencana.. Inna lillahi wa inna ilayhi rojiun.. Allahhummaghfir laha warhamha wa’aafiha wa’fu anha…

Selamat jalan saudariku.. Kami berharap Allah memberimu tempat terbaik..Kami juga berharap tak ada lagi kematian karena ibu melahirkan..karena MMR dan IMR bisa dicegah, kesehatan ibu dan anak yang optimal bisa diusahakan..Ini adalah pekerjaan rumah yang belum terselesaikan; bagaimana menurunkan Angka Kematian Ibu dengan melibatkan semua elemen masyarakat

Minggu, 13 Januari 2013

Awas Barang Haram; Sepatu Kulit Babi

Tut..tut..Hp ku berdering, ada pesan dari teman kampus bunyinya "Baru baca di yahoo. Kata-nya sepatu Kickers bahannya dari kulit babi..sedang ditangani kasusnya pihak berwajib"..hahh kaget juga baca sms ini, langsung teringat 3 (tiga) pasang sepatu Kickers yang sehari-hari menemaniku ke kampus, langsung ku tinggal sebentar masakan di dapur untuk membalas sms Mba Nan..Selesai membereskan dapur saya segera membuka google dan mencari informasi lebih lanjut, juga tak lupa menuju yahoo sesuai petunjuk Mba Nan di sms-nya barusan, ini dia link nya http://id.berita.yahoo.com/distributor-kickers-tarik-penjualan-sepatu-kulit-babi-172418303.html ckckck ternyata infonya sudah marak wara-wiri jadi polemik di dunia maya sejak pertengahan bulan lalu...

Konsumen yang dekat dengan produk ini tentu merasa tidak aman dan butuh penjelasan apa produk yang mereka pakai termasuk kategori Pig Skin Lining atau tidak,.. jikapun tidak semua produk kickers termasuk kategori pig skin lining sesuai berita di link ini http://www.itoday.co.id/politik/awas-sepatu-kickers-berbahan-kulit-babi tentu harus ada penjelasan kepada konsumen, dan pramuniaga toko tempat membeli harusnya bisa memberi penjelasan mengenai hal ini. Saat berusaha mengkonfirmasi hal ini ke salah satu departement store terkemuka tempatku membeli 2 (dua) pasang kickers milikku pramuniaga pertama yang kutemui tak bisa menjawab pertanyaanku, kemudian saya didatangi pramuniaga kedua yang kelihatannya lebih senior, tetapi tetap tak memberikan jawaban memuaskan, padahal pertanyaanku simple sekali "mba gimana cara membedakan sepatu Kickers berbahan kulit babi dan yang tidak,? " pramuniaga itu menjawab dengan senyuman " oh semua produk kami di sini halal..." gimana mba tandanya bisa dilihat dimana?" sambungku kembali. Ia tak bisa memberi keterangan dengan jelas akhirnya temannya berkata "nanti jika datang supervisi dari Jakarta baru ditanyakan".

Apapun alasannya konsumen harus mendapat penjelasan mana produk yang halal dan haram apalagi produk-produk ini harganya lumayan mahal, sayang sungguh sayang mahal-mahal dibeli tetapi najis, harusnya distributor tak perlu khawatir kehilangan konsumen tetap akan ada segmen tertentu yang bisa membeli produk mereka dengan penjelasan yang mereka berikan.

Bagi seorang muslim kehati-hatian sungguh diperlukan karena setiap kehati-hatian untuk memilih yang halal adalah bagian dari menjaga diri.,dan sikap Waro' (berhati-hati) itu tentu sangat terpuji. Sungguh baru hari ini mendengar merk-merk sepatu ter- kategori Pig Skin Lining, Alhamdulillah semua disyukuri walaupun terlambat sekarang sudah tahu. Berhati-hatilah sebelum membeli..sungguh sangat diperlukan kehati-hatian dalam memilih produk sepatu apalagi berbahan Genuine Leather Upper

Bagaimana nasib ketiga pasang Kickersku?! (sambil melirik rak sepatu)

Rahmat dan Rezki Allah begitu Luas..InsyaAllah

Jumat, 11 Januari 2013

Di Ketinggian Pegunungan Pupi Konsel

Pemandangan hari ini membuatku takjub, sebenarnya telah beberapi kali perjalanan melewati rute Kolono-Lainea Konawe Selatan, tetapi baru diberi kesempatan berhenti sejenak dan menikmati pemandangan indah disini di Pegunungan Pupi,. selalu ada perasaan lain saat melihat laut,. birunya menyimpan misteri kedalaman., apalagi kali ini memandangnya dari atas pegunungan.. laut terhampar luas dikelilingi pegunungan, sungguh pemandangan yang indah, sebuah miniatur mahakarya yang luar biasa, apa yang kau pikirkan saat melihat pemandangan ini?!
Memperhatikan Alam Semesta; Laut+Gunung Pemandangan yang Pas, melihatnya dari atas terasa lebih takjub...

Tidakkah mereka memperhatikan..

dan langit bagaimana ditinggikan...

dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan

dan bumi bagaimana dihamparkan...

Subhanallah ....



*Pegunungan Puppy 10012012

Kamis, 10 Januari 2013

Saat Ujian benar-benar Ujian

Musim ujian telah tiba, sekelompok mahasiswa tampak berkumpul di depan sebuah ruangan. Beberapa dari mereka duduk berjongkok sambil membuka buku ajar juga catatan perkuliahan. Sebagian lagi ada yang sibuk berdiskusi materi ujian hari ini, ada juga yang memilih menyendiri di sudut ruangan dengan mengulang kembali hafalan yang telah dipelajarinya semalam. Dua mahasiswa nampak bersiap-siap memasuki ruangan ujian, wajah mereka terlihat tegang mungkin karena metode ujian hari ini ujian lisan, berhadap-hadapan langsung dengan dosen menjawab pertanyaan dengan tenggang waktu yang singkat membuat mereka menyadari bahwa ‘belajar serius’ adalah satu-satunya cara untuk lulus ujian kali ini. Bukankah konyol jika ujian lisan tanpa persiapan karena peluang kecurangan, kerjasama, atau buka buku sangat kecil untuk dilakukan.

Dua mahasiswa tampak bercakap sambil berbisik sesaat sebelum memasuki ruangan:

(A) : Saya kurang persiapan ujian hari ini, semalam saya tidak bisa belajar. Bantu saya yah teman di ujian sebentar.

(B) : Ok, tenang saja.

Masa ujian tiba, berdua mereka duduk berhadapan dengan dosen siap menerima pertanyaan. Ujian ini dibagi tiga sesi, setiap sesi memiliki bobot pertanyaan yang berbeda sesuai dengan tingkat kesulitan soal, sambil mendengar penjelasan sang dosen, si A melirik B yang nampak duduk tenang sambil tersenyum menganggukan kepala saat dosen di depannya menjelaskan aturan ujian, berbeda dengannya yang nampak gelisah dan menundukkan kepala, kerigat dingin mulai mengalir membasahi tubuhnya padahal cuaca hari itu mendung tak bermentari. Aduh seperti inilah rasanya jika ke ‘medan peperangan tanpa senjata’, kesiapannya untuk ujian sangat minim tapi kan si B telah berjanji akan membantunya, janji B inilah yang membuatnya merasa punya harapan untuk lolos ujian ini.

Pertanyaan pertama diberikan, si B nampak lancar dan penuh keyakinan menjawab pertanyaan dosen, jantungnya makin berdegup keras, baju yang digunakannya makin terasa tak nyaman karena panas yang tak ada hubungannya dengan cuaca. Saat gilirannya tiba, sesuai dugaan sedikitpun tak ada yang diketahuinya, hilang blank semua gelap…

Pertanyaan pertama untuk si A nampaknya ia sudah mulai kesulitan, materi yang ditanyakan ini sungguh tidak dikuasainya, sekilas dia melirik B, mengkode dengan mata dan colekan di pinggang, akhirnya B berbisik perlahan memberinya bantuan. Sayang sekali dosen mereka merekam semua adegan ini, dengan tegas ia berkata: “ Silahkan keluar, ujian kalian hari ini kita tunda besok, belajar lagi dan kembalilah esok hari”.

Keesokan harinya A dan B kembali mengantri di depan ruangan dosen. Raut wajah A hari ini nampak lebih rileks, semalam ia telah mempersiapkan diri untuk ujian kali ini. Mereka harus menjawab tiga pertanyaan dengan poin yang berbeda, dan sepertinya A dan B tidak begitu kesulitan kali ini, walaupun tidak sebaik nilai B yang memperoleh nilai 90, A juga mampu mencapai nilai 75, diakhir ujian dosen (D) mereka berkata:

(D) : Baiklah kalian sudah mampu ujian dengan baik hari ini, A dapat nilai 75 dan B nilainya 90 tapi saya diskon 50% jadi nilai B tinggal 45.

(B) : Hahh kenapa bisa Pak? Kenapa nilai saya dipotong? Saya tidak terima Pak, saya belajar tiga hari untuk ujian kali ini dan semua pertanyaan bisa saya jawab dengan benar, kenapa bisa nilai saya di potong?!!

Si B nampak protes mengingat usahanya tak sebanding dengan hasilnya, Si A juga heran kenapa bisa nilai B di potong, padahal sejak kemarin B sangat siap menghadapi ujian kali ini. Sangat jelas jika B belajar keras untuk ujian ini. Dengan suara berlahan dosennya berkata:

(D) : apa anda berdua tau bahwa sejak kemarin saya memperhatikan kalian. Saya belum lupa jika kemarin A meminta jawaban padamu kan?! Dan kau memberinya jawaban, apa benar begitu?!

(B): Eh..hmm anu iya Pak, itu.. saya..saya kasihan padanya (sambil melirik A yang tertunduk diam).

(D): Ya, tapi apakah kalian lupa jika sejak awal saya sudah katakan bahwa tidak boleh ada kecurangan dalam ujian ini, jika Anda membantunya saat ujian dia yang seharusnya TIDAK LULUS menjadi LULUS karena Anda. Coba perhatikan hari ini si A ini bukannya tidak mampu, dia hanya tidak belajar kemarin, buktinya hari ini dia mampu memperoleh nilai 75 tanpa bantuan Anda kan?! Anda protes karena hasil yang Anda peroleh tidak sesuai dengan usaha Anda. Anda keberatan jika nilai Anda 45 tapi kemampuan Anda 90 tetapi kenapa Anda tidak keberatan membantu teman Anda yang harusnya nilainya tidak lulus menjadi lulus. Intinya Anda protes ketika usaha keras Anda tak sesuai hasil yang Anda peroleh, tapi diwaktu yang sama Anda melakukan ketidakadilan ini pada teman Anda?! Jadi, tolong jawab pertanyaan saya, apa saya boleh memotong nilai Anda dari 90 menjadi 45 ?

(B): (matanya panas berair.. entah mengapa kata-kata dosennya kali ini membuat air matanya mengalir dipelupuk matanya) sambil tertunduk dia mengangguk..iya Pak saya terima Pak, tidak apa-apa jika nilai saya dipotong…

Kedua Mahasiswa ini terdiam, tertunduk tak bisa bicara, suasana hening beberapa detik, hanya sesekali isak tangisan B yang terdengar. Akhirnya dosen mereka berkata: “baiklah, nilai kalian tidak akan saya potong, semoga kalian belajar banyak hal dari kejadian ini. Jadi Silahkan keluar!”

*Terinspirasi dari UAS Semester Ganjil 2012-2013