Selasa, 27 Mei 2014

Pautan Hati

#PautanHati

sore ini tanpa direncanakan situasi membawaku ke rumah saudariku ini, sebuah accident kecil terjadi yang membuatku tak bisa pulang ke rumah. Alhamdulillah setelah menunaikan sholat ashar, kami mengobrol santai ditemani minuman dan santapan kue kecil di temani kumpulan buku-buku yang tersusun rapi dikamarnya. Selain aneka pernak-pernik dan kumpulan bantal boneka, ada tumpukan novel bersusun rapi disana, wah penggemar novel juga dia, jadi deh kami mengisi ngobrol sore ini tentang buku-buku bacaan bertema ringan.

Dia mengeluarkan tumpukan buku 'tereliye' pengarang novel yang selalu menyisipkan pesan-pesan kebaikan itu; kau aku dan sepucuk angpau merah, berjuta rasanya, bidadari surga, sepotong hati yang baru.

"Ka mau baca ini?" sambil memegang beberapa buku tereliye itu.

"Pertama kali saya membaca buku tereliye,.. ini (saya menunjuk buku bersampul merah "kau aku dan sepucuk angpau merah) dan terakhir kali membaca buku tereliye itu judulnya 'daun'...

Para penggemar tereliye pasti tau kelanjutan judul buku kedua yang saya sebutkan, saya tidak menyukai endingnya hingga malas menyebut judul bukunya lengkap-lengkap..hehehee. Buku-buku karangan Dee juga berjejer di meja belajarnya, rangkaian kisah supernova dan rectoverso terpajang di sana, saya hanya menebak judul-judul buku itu dari sampulnya. Buku-buku Paulo Coelho, hingga ke buku inspiratif islami Salim A Fillah, Chicken Soup for the Couple, dan beberapa buku cerita inspiratif terjemahan (saya ga hafal satu-satu saking banyaknya).

"Ka saya lagi baca buku ini, hipertensi" Dia melanjutkan (sambil menyodorkan padaku buku fotocopian bersampul biru), dia melanjutkan..
"Ka saya jadi tau banyak tentang hipertensi karena buku ini" saya melirik sekilas ke buku kopian berbahasa inggris itu, dia berkata lagi "Buku ini pinjaman Ka, karena saya menyukainya jadi difotocopi soalnya yang empunya hanya memberi pinjaman sehari" Sambil tersenyum dia bercerita.

Saya bertanya padanya "Wah wah, beli semua yah buku-buku ini de?"
Dia menjawab "tidak ka, banyak juga yang diberi sebagai hadiah".

Nah jawaban inilah yang menarik pada kunjungan saya sore ini, di beberapa sampul bukunya memang tertulis pesan penanda bahwa buku-buku itu hadiah dari seseorang. Selain buku-buku itu, saya juga melihat beberapa barang lain yang dia kisahkan sebagai bingkisan, sambil menunjuk benda-benda kado lainnya beserta momen saat dia diberikan. Ada boneka bergambar dirinya, dua atau tiga boneka bantal, cangkir beraneka ragam dan rupa, tas, aneka ria pajangan kamar, jika tidak salah juga dia pernah menyebutkan baju dan sepatu kiriman yang berasal dari teman-temannya, wah saya jadi nyeplos "cowok semua yah yang memberi hadiah-hadiah ini de?" dia spontan menjawab sambil tertawa "yeahhh, tidak dong ka ini hadiah dari teman cewek juga ka". Hhehe saya hanya tersenyum.

Biasanya memberi hadiah ke orang lain itu karena beberapa sebab, karena moment yang istimewa atau karena person-nya yang istimewa, menerima banyak kado/hadiah atau bingkisan (bukan suap, sogok, dan sejenisnya; maaf perjelas red:)) boleh jadi karena pribadi/personnya istimewa, kedekatan dan keakraban akan hadir dengan saling memberi hadiah, tuntunan 'dien' ini mengajarkan, "saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian akan saling mencintai" jika hati tergerak memberi hadiah, semoga kasih sayang subur diantara keduanya. Mungkin demikian teorinya, hiks kembali mikir "gimana aku dan sahabat-sahabatku? apa kasih sayang di hati kami telah terpaut? Mungkinkah "hadiah" jawabannya :)

Tidak ada komentar: