Minggu, 09 Februari 2014

Belajar dari Anak seorang Profesor

Usianya baru 17 tahun, anak bungsu dari seorang professor ternama dikampus kami (Universitas Haluoleo Kendari). Saat ini dia masih duduk di kelas 2 Madrasah Aliah, atas inisiatif sendiri dia memutuskan berhenti sekolah dan memilih masuk pesantren tahfidz Alquran. Cita-citanya berubah ingin menjadi penghafal Alquran sejak sering mengikuti talim alquran Islamic Center Muaz Bin Jabal (ICM) Kendari

Apa orang tuanya yang menyandang gelar tertinggi akademik "Profesor Doktor" protes anaknya putus sekolah? Tidak orang tuanya mengijinkan, kakak-kakaknya mendukung. Setelah istikharah dan dengan meminta ridho orang tua, kemarin Pak Profesor sekeluarga mengantarkan anaknya masuk pesantren tahfidz alquran. Di usia belia dia memutuskan menyerahkan hidupnya untuk Allah dengan serius menghafal Alquran.

Tengoklah, disaat anak-anak lain seusianya disibukkan dengan fun; band, film, musik, dan gaul dia merasa terpanggil dan memilih menjadi hafidz quran. Padahal sambil sekolah pun dia telah mampu menyelesaikan 2, 5 juz hafalan alquran. Tak mengapa biarlah nanti adik saya menyelesaikan pendidikan menengah atasnya melalui paket C demikian ungkap salah satu kakaknya.

Orang tua mana yang tidak rela, kakak mana yang tidak terharu, sedih karena harus berpisah dengan anak dan adik tersayang, bahagia karena merrk faham ini adalah harta yang sebenarnya, tabungan dan investasi dunia akhirat., terharu mengingat adik bungsunya ini rela meninggalkan zona nyaman dirumahnya, dan memilih kehidupan zuhud dipesantren penghafal alquran. Cita-cita adiknya telah berubah ingin mempersiapkan diri kuliah di Kota suci Madinah, bertekad mempersembahkan mahkota untuk orang tuanya, mahkota yang cahayanya itu lebih terang dari  cahaya matahari, bertekad menjadi hamba yang diberi keistimewaan oleh Allah,. yah.. keistimewaan para penghafal Al Qur'an mereka bersama para malaikat yang mulia dan taat, istimewa karena mampu memberikan syafaat bagi 10 orang keluarganya di kehidupan abadi.

Saya jadi ingat perkataan Ust. Dr. Faizal di acara seminar Alquran Ahad, 26 januari 2014 kemarin. Minimal dalam satu keluarga besar ada satu orang anak penghafal Alquran, anak hebat pasti orang tuanya hebat. TIDAK kata teman saya anak hebat itu lihat ibunya, ibunya yang hebat., WAHAI Calon ibu sudahkah mempersiapkan dirimu menjadi ibu hebat?? Persiapan apa yang sudah kau dilakukan untuk menjadikan rumahmu memiliki penyejuk mata, pancaran cahaya Ilahi dengan anak-anak penghafal Alqur'an?!..Hikss., mengangkat jari telunjuk dan menunjuk hidung sendiri.

*Ahh., sungguh iri dengan keluarga ini

"Dan perumpamaan orang yang membaca Al Qur'an sedangkan ia hafal ayat-ayatnya bersama para malaikat yang mulia dan taat."(Muttafaqun 'alaih)

“Siapa yang membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, ‘Mengapa kami dipakaikan jubah ini?’ Dijawab, ‘Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur’an.” (HR Abu Daud)

@tatikbahar
Kendari, 9 Februari 2014
seperti dikisahkan kakak calon Al hafidz..insyaAllah semoga istiqomah..aamiin

Tidak ada komentar: