Senin, 10 Januari 2011

KONSEP EMIK GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL (STUDI KASUS PADA MASYARAKAT PESISIR WILAYAH KERJA PUSKESMAS ABELI DI KOTA KENDARI) TAHUN 2010


Abstrak
Hartati Bahar. Konsep emik gejala anemia pada ibu hamil (studi kasus pada masyarakat pesisir wilayah kerja Puskesmas abeli di kota kendari) Tahun 2010


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep emik gejala anemia ibu hamil pada masyarakat pesisir wilayah kerja Puskesmas Abeli di Kota Kendari. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Cara mendapatkan informasi melalui Focus Group Discussion (FGD), wawancara mendalam dan observasi lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan konsep anemia ditandai dengan keadaan pucat dengan gejala pusing, lemah/kurang bergairah, Ibu hamil merasa loyo, ingin tidur terus, malas jalan, dan malas makan. Gejala-gejala ini dianggap sesuatu hal yang wajar sebagai konsekuensi dari setiap kehamilan dan berusaha diatasi sendiri berdasarkan pengalaman dari generasi sebelumnya yang dilakukan secara turun temurun. Namun, apabila keadaannya tidak mengalami perubahan, selanjutnya mencari pertolongan ke dukun dengan jampi-jampi tertentu atau ke tenaga kesehatan.

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa konsep anemia yang diperoleh ibu hamil diperoleh melalui berdasarkan pengalaman dari generasi sebelumnya dan dianggap wajar selama masa kehamilan.


Kata kunci : konsep emik, anemia.



PENDAHULUAN
Tingginya angka kematian ibu masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan anemia. Anemia merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit di seluruh agenda (Soekirman 2000 dalam Darlina 2003). Sebagian besar anemia pada ibu hamil adalah anemia karena kekurangan zat besi. Saat ini diperkirakan setiap tahun, sekitar 4 juta ibu hamil dan ibu menyusui menderita gangguan anemia yang sebagian besar disebabkan oleh kekurangan zat besi (Bappenas, 2007).
Hasil laporan kemajuan pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2007 AKI ibu di Indonesia masih mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup, tertinggi di Asia Tenggara dan anemia berkontribusi terhadap kematian ibu mencapai 50 % hingga 70% (Sukowati, 2007).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Depkes, 2008) Sulawesi Tenggara termasuk Provinsi dengan prevalensi anemia sangat tinggi di Indonesia selain Maluku Utara. Survey terakhir di Kota Kendari yang pernah dilakukan saat masih tergabung dengan Kabupaten Kendari tahun 1993 oleh Puslitbang Gizi Bogor bekerjasama dengan Kanwil Depkes Provinsi Sulawesi Tenggara dan diperoleh hasil bahwa prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil 62,5%. Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Abeli Tahun 2009 menunjukkan prevalensi anemia besi pada ibu hamil masih diatas cut of point anemia yaitu 44,3% (Rahman, 2009). Padahal daerah Abeli merupakan daerah pesisir dan sebahagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan (Profil Kecamatan Abeli, 2009).
Pada masyarakat pesisir di Kecamatan Abeli, konsep anemia ditandai dengan keadaan pucat dengan gejala pusing, lemah/kurang bergairah. Penyebab anemia menurut mereka karena ibu hamil kerja berat dan malas makan. Dianggap sesuatu hal yang wajar sebagai konsekuensi dari setiap kehamilan dan berusaha diatasi sendiri berdasarkan pengalaman dari generasi sebelumnya yaitu cukup dengan mengurut-urut kepala ibu sambil banyak beristirahat. Namun, apabila keadaannya tidak mengalami perubahan, dilanjutkan mencari pertolongan ke dukun dengan jampi-jampi tertentu atau ke tenaga kesehatan.
Walaupun seorang wanita dianggap sehat dan kehamilannya sendiri merupakan hal yang wajar, namun dalam banyak kebudayaan kondisi hamil itu dianggap menempatkan wanita dalam kondisi khusus yang bisa pula mendatangkan bahaya bagi dirinya atau bagi bayi dalam kandungannya.
Dalam memahami suatu masalah perilaku kesehatan harus dilihat dalam hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan kepribadian individu-individunya (Kalangi, 1994). Berdasarkan hal tersebut, pembahasan mengenai konsep emik gejala anemia merupakan faktor menarik untuk dikaji khususnya di wilayah kerja Puskesmas Abeli sebagai daerah pesisir yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan.

METODE
Penelitian ini menggunakan ”metode kualitatif” dengan pendekatan studi kasus. Esensi dari penelitian ini adalah mencoba mendapatkan gambaran tentang konsep emik gejala anemia pada masyarakat pesisir Abeli. Triangulasi metode pengumpulan data adalah focus group discussion (FGD), wawancara mendalam dan observasi terhadap informan sebagai fakta untuk memperkuat analisis.
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purpossive sampling dengan pertimbangan bahwa informan yang dipilih dianggap dapat memberikan informasi secara mendalam tentang perilaku ibu hamil yang berkaitan dengan pola konsumsi makanan tertentu yang berkaitan dengan kejadian anemia .
Peneliti melakukan FGD dan wawancara mendalam secara langsung dengan menggunakan panduan yang telah disusun sebelumnya. Peserta FGD terdiri atas dua kelompok pada dua kelurahan dengan jumlah 16 orang. Peserta FGD terdiri atas ibu hamil, dukun beranak, kader kesehatan, tokoh masyarakat dan bidan desa.
Wawancara mendalam dilakukan terhadap informan yang sebelumnya ikut dalam FGD dan juga informan yang sebelumnya tidak mengikuti FGD untuk menggali lebih jauh informasi seputar konsep emik gejala anemia. Hasil diskusi dan wawancara dicatat dan direkam dengan menggunakan tape recorder.

HASIL
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dalam menginterpretasikan masalah kesehatannya sendiri yang ada kaitannya dengan kehamilan, berdasarkan atas gejala atau rasa sakit yang mereka alami. Ada informan yang beranggapan jika gangguan kesehatan selama hamil adalah suatu hal yang wajar, ada juga yang mengalami gejala atau rasa sakit selama hamil jika masih dalam taraf ringan mereka berusaha mengatasi sendiri. Jika usaha tersebut ternyata tidak berhasil, mereka berusaha mencari pertolongan pelayanan kesehatan pada sektor yang lain yaitu sektor tradisional dan sektor professional
Masalah kesehatan tersebut dibagi atas gejala anemia dan gejala lain sesuai dengan penafsiran (label) yang mereka berikan. Adapun label dari gejala anemia yang ditemukan adalah : (1). Ibu hamil merasa pusing-pusing, cara mengatasinya dengan banyak mengkonsumsi sayur-sayuran seperti bayam, kacang panjang mengkonsumsi susu, air teh dan air kelapa muda, ada juga yang mengatasinya dengan mengunjungi dukun dan mendapatkan pengobatan dengan minum air yang dibuatkan oleh dukun, (2). Ibu hamil merasa loyo, ingin tidur terus, malas jalan, malas makan cara mengatasinya dengan tidak mengikutkan rasa malas, ada juga yang mengunjungi tenaga kesehatan ke bidan atau ke Posyandu, (3). Perasaan lemah, kurang nafsu makan cara mengatasinya dengan beristirahat atau ke Posyandu, (4). Ibu hamil merasa sakit pinggang cara mengatasinya dengan beristirahat yang cukup, ke bidan atau ke posyandu.
Hal ini dapat kita simak dari cuplikan hasil wawancara mendalam terhadap berbagai informan sebagai berikut :

“… sering pusing-pusing kepala, klo kita pusing-pusing itu kurang darah. cara mengatasinya banyak makan sayur bayam, kacang panjang dan minum susu…”
(FR, 17 tahun, Bumil 7 bulan)

“… pusing-pusing dan sakit pinggang itu sudah lumrahmi kalo kita hamil jadi istirahat saja…”
(RZ, 19 Tahun, Bumil 7 bulan)

“…biasa saya pusing datang-datangan, pucat, kurang nafsu makan oleng-oleng, biasa saya baring-baringkan saja…”
(LS, 29 tahun, Bumil 7 bulan)

“…saya itu selama hamil sampai sekarang masih sakit pusing-pusing, pengaruhnya memang selama hamil. Itu dukunku saya tanya memang katanya begitu pengaruhnya janin, biasanya saya minum susu, air teh, air kelapa, biasa juga ke dukun dia bikinkan air-air untuk diminum…”
(KN, 22 tahun, Bumil 8 bulan)

“…pusing, loyo, tidak bisa bergerak maunya tidur terus, tidak mau jalan, malas makan. Biasanya ke Bidan atau Posyandu…”
(LN, 17 tahun, Bumil 5 bulan)

“…saya oleng-oleng saya tidak tahu penyebabnya, saya tidak bisa berdiri, ta putar mata, saya baringkan saja istirahat. Biar saya malas sa tidak ikutkan, saya pusing-pusing, tegang leher saya tidak hiraukan pokoknya saya usahakan bekerja saya lawan…”
(AI, 40 thn, Bumil 9 bulan)

“…anemia itu kurang darah, saya rasa sakit-sakit pinggangku klo mulai baring sakit, biasa saya dikasi obat penambah darah di Posyandu, saya minum tapi tidak sering saya minum karena rasanya beh, saya minum tidak teratur jarang-jarang biasa saya habis minum lain-lain mau mual-mual dihentikan lagi...”
(RM, 23 tahun, Bumil 9 bulan)

Cara mengatasi sendiri gangguan kesehatan tersebut diatas diperoleh dari keluarga, dukun, dan tetangga. Bila tidak berhasil lalu mereka mencari pelayanan kesehatan pada dukun atau tenaga medis. Ada dilakukan secara berjenjang yaitu mengobati sendiri-dukun-tenaga medis, adapula dilakukan secara bersamaan antara dukun dan tenaga medis, serta adapula yang langsung ke tenaga medis tanpa melalui dukun terlebih dahulu.

PEMBAHASAN
Kepercayaan tradisional sebagai cerminan dari nilai-nilai sosial budaya merupakan bentuk dari respon sosial budaya dan jika hal tersebut dikaitkan dengan suatu kondisi kehamilan seseorang, maka akan nampak jelas pengaruhnya dalam kehidupan keseharian ibu hamil tersebut.
Sumber pengetahuan konsep anemia ini berlangsung secara turun temurun yang kebanyakan berasal dari mereka yang dianggap panutan, semisal orang tua atau dukun. Apa yang mereka sebut sebagai ”pengetahuan” itu sebenarnya bukan merupakan pengetahuan yang dipelajari, namun yang didapatkan dalam daur kehidupan sebagai pewarisan kebudayaan mereka.
Pewarisan kebudayaan dapat dilakukan melalui enkulturasi dan sosialisasi. Enkulturasi atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan menyesuaikan pikiran dan sikap individu dengan sistem nilai, norma, adat, dan peraturan hidup dalam kebudayaannya. Proses enkulturasi dimulai sejak dini, yaitu masa kanak-kanak, bermula dilingkungan keluarga, teman sepermainan, dan masyarakat luas (Herimanto dan Winarno, 2008).
Khusus di Kecamatan Abeli pemeliharaan kesehatan dan cara-cara penanggulangan masalah kehamilan dalam hal ini gejala anemia dilakukan dengan melaksanakan anjuran dan menghindari pantangan-pantangan yang diyakini oleh masyarakat dan didasarkan atas sistem kepercayaan dapat mengatasi anemia yang berlaku secara turun-temurun sebagai pewarisan kebudayaan.
Ibu hamil membutuhkan makanan yang bergizi, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk memenuhi kandungan nutrisi bagi janin yang dikandungnya. Selama kehamilan kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan, namun karena berbagai tahayul, kepercayaan mengenai kesehatan, dan suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan maka bisa saja dilakukan pengabaian terhadap hal-hal penting yang seharusnya dilakukan selama kehamilan.
Hal lain yang ditemukan adalah kehamilan oleh masyarakat dan kemudian ibu hamil sendiri, dianggap sebagai sebuah proses biasa dalam daur kehidupan, padahal, kehamilan adalah proses penting. Karena itulah, banyak diabaikan hal-hal penting untuk perawatan kehamilan yang seharusnya menjadi fokus perhatian. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Savitri (2003) yang menunjukkan selama masa kehamilan, wanita di Bogor Jabar jarang memeriksakan diri ke Puskesmas dengan alasan tidak ada keluhan, sangat erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat bahwa kehamilan adalah proses alamiah yang tidak perlu dirisaukan termasuk dalam hal ini anemia dan gejala-gejalanya.
Di Kecamatan Abeli cara mengatasi gejala anemia atau gejala lain atau rasa sakit yang dirasakan yang berhubungan dengan kehamilan berdasarkan atas label dari gangguan kesehatan yang mereka rasakan, label gangguan kesehatan yang dimaksud adalah :
1. Ibu hamil merasa pusing-pusing, cara mengatasinya dengan banyak mengkonsumsi sayur-sayuran seperti bayam, terung, kacang panjang mengkonsumsi susu, air teh dan air kelapa muda.
2. Ibu hamil merasa loyo, ingin tidur terus, malas jalan, malas makan cara mengatasinya dengan tidak mengikutkan rasa malas, berusaha melakukan berbagai pekerjaan untuk melawan rasa malas.
3. Ibu hamil merasa sakit pinggang, menganggap hal yang wajar selama kehamilan dan cara mengatasinya dengan beristirahat.
Cara mengatasi anemia yang dilakukan oleh ibu hamil berdasarkan gejala yang mereka rasakan yang paling baik adalah dengan memperbanyak mengkonsumsi sayuran hijau daun yang paling banyak mengandung zat besi (Fe). Zat besi dapat meningkatkan jumlah sel darah merah yang sangat dibutuhkan oleh ibu hamil.
Fenomena lain yang lebih menarik adalah ditemukan sebahagian ibu hamil yang mendapatkan suplemen zat besi (tablet Fe), tetapi mereka tidak memakannya dengan alasan utama dapat memperbesar anak dalam kandungan sehingga akan menyulitkan proses persalinan, sedangkan alasan lain karena memiliki bau yang tidak enak, dan menimbulkan perasaan tidak enak serta mual-mual sehingga ibu hamil menghentikan konsumsi tablet Fe. Alasan utama bahwa tablet Fe dapat menyebabkan bayi besar diperoleh melalui kepercayaan dari orang tua dan nenek-nenek mereka sehingga menimbulkan ketakutan terhadap akibat yang akan ditimbulkan. Padahal banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pemberian tablet besi pada ibu hamil dapat menaikkan kadar Hb ibu hamil.
Penelitian Taslim dkk (2005) di Kab Takalar Sulsel menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar hemoglobin yang bermakna pada ibu hamil yang diberikan tablet besi. Penelitian lain yang dilakukan di Sibolga Sumut bahkan menunjukkan konsumsi tablet besi merupakan faktor yang paling dominan terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil (Simanjuntak, 2005), begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Sulasmi (2006) di Surabaya menunjukkan bahwa ada hubungan antara keteraturan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Prilaku ibu hamil yang mendapatkan suplemen tablet besi (Fe) tetapi tidak mengkonsumsinya ataupun mengkonsumsinya tetapi tidak teratur diduga memiliki kontribusi terhadap kejadian anemia di Kecamatan Abeli Kota Kendari. Hal ini didukung dengan pencapaian cakupan tablet Fe Bumil di wilayah kerja Puskesmas Abeli yang hanya mencakup 50 % dari target 82 % (Profil Puskesmas Abeli, 2008).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa gejala anemia yang dirasakan oleh ibu hamil dianggap sebagai hal yang biasa, wajar dan alamiah selama kehamilan. Sumber pengetahuan konsep anemia ini berlangsung secara turun temurun yang kebanyakan berasal dari mereka yang dianggap panutan, semisal orang tua atau dukun

SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan bagi tenaga kesehatan agar memberikan informasi kepada setiap ibu hamil akan bahaya anemia selama kehamilan kemudian diharapkan lebih mendayagunakan sumber-sumber hasil laut sebahai bahan konsumsi makanan bernilai gizi tinggi juga perlunya pendidikan kesehatan tentang khasiat tablet besi selama kehamilan sebagai salah satu bentuk pencegahan anemia pada ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas, 2007, Rencana Aksi Nasional Pangan Dan Gizi 2006– 2010, Jakarta. ISBN 978-979-3764-27-6.

Darlina dan Hardinsyah, 2003, Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil di Kota Bogor, Media Gizi dan Keluarga Vol. 27 No.2.

Depkes RI, 2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2007.

Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008.

Dinkes Sultra, 2008. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007.

Dinkes Kota Kendari, 2008. Profil Kesehatan Kota Kendari Tahun 2007.

Dinkes Kota Kendari, 2009. Profil Puskesmas Abeli Tahun 2008

Herimanto dan Winarno, 2008, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Bumi Aksara, Jakarta.

Kalangi Nico S, 2004, Kebudayaan dan Kesehatan; Pengembangan Pelayanan Kesehatan Primer Melalui Pendekatan Sosial Budaya, Megapoin, Jakarta.

Rahman, Asdar, 2009. Analisis Determinan Kejadian Anemia Gizi Besi Pada Ibu Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari, Skripsi IKM Unhalu Kendari.

Savitri Nita, 2003, Memasyarakatkan Kesehatan Reproduksi Wanita, (Studi Antropologis : Di Desa Cilendek Barat, Kotamadya Bogor Propinsi Jawa Barat), USU e-Repository

Simanjuntak Swandi, 2005, Hubungan Faktor Risiko Dengan Kejadian Anemia Sebagai Alternatif Penanggulangan Anemia Ibu Hamil di Kota Sibolga, e-USU Repository Universitas Sumatera Utara.

Sulasmi, 2006. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester II (Studi Di Kec. Sawahan Kota Surabaya), ADLN Digital Collection Airlangga University Library.

Taslim NA, 2005, Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Dan Tablet Besi Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Yang Menderita Kurang Energi Kronik, Jurnal Med Nus, Vol.26, No.1

United Nation, Laporan Tujuan Pembangunan Milenium 2008, http://www.targetmdgs.org/download/MDGreport2008En.pdf.

United Nation, 2007, Kita Suarakan Millennium Development GoalsDemi Pencapaiannya Di Indonesia MDGs 2007/2008, Jakarta, UNDP

3 komentar:

Pia mengatakan...

wah..sering juga sa pusing2 ti...apakah gejala anemia juga :)

Tatik Bahar mengatakan...

wah perlu diperiksa lebih lanjut buw..pusing bukan cuma gejala anemia., tanggal tua juga bisa bikin pusing iya to?! hhehehhe. thanks komennya...

Anonim mengatakan...

bagus blok.y bu.. back info d dapat..
mkasii.. agus