Rabu, 10 Juni 2015

Penawar Kesedihan

Tersebutlah seorang anak dalam kandungan ibu.. belum sempat mengenal wajah ayah, beliau telah pergi meninggalkannya, sepasang sayap cinta itu kini telah patah, patah dan menimbulkan lara duka di hati.
Bayi berkulit putih itu terlahir tanpa merasakan dekapan ayah, ibu melahirkannya ditemani kakek dan nenek, merekalah pengganti ayah dan ibunya karena kelak saat usianya belum lagi genap lima tahun ibu pun memilih meninggalkan dirinya.

Ohh alangkah sedihnya...
Kemana ayah?
Kemana bunda?

Mengapa tak sekalipun bisa melihat dan merasakan dekapan hangat mereka. Kesedihan tak terkira menghampiri anak kecil tadi, ada saat menangis memanggil ibu.., ada saat menangis memanggil ayah, merindukan ibu, merindukan ayah tapi mereka tak pernah di sisi..

Tumbuh dan berkembang dalam pengawasan kakek nenek menjadikan kakek nenek sosok paling memahami dirinya, kakek sangat menyayanginya, menggendongnya kemana-mana, memangkunya dalam dekapan hangat, memboncengnya bersepeda motor. Mereka adalah nyawa kehidupan bagi anak kecil tadi.
Nenek pun tak kalah sayang padanya, pelukan dan dekapan hangat nenek adalah pelipur lara, suara nenek melantunkan ayat suci adalah penghibur hatinya, saat sedih nenek membacakan ayat alqur'an, belajar dan bermain bersama suara beliau membaca alqur'an, kebiasaan nenek tilawah alquran setiap hari adalah pelipur lara dan hiburan baginya, betapa dia betah berlama2 mendengarkan aluanan suara beliau, betapa bertahun berlalu dan dia tak pernah bosan mendengarkan bacaan alqur'an nenek. Kini Al qur'an sebagai obat kesedihannya dan neneklah yang telah menemukan terapi terbaik untuk kesepian hatinya.

Waktu berlalu anak kecil tadi tumbuh menjadi anak sehat dan cerdas, pipinya tembem, kulitnya putih bersih, matanya bola, wajahnya bulat, badannya berisi, otaknya cemerlang menjadikannya terkenal sebagai juara kelas di sekolah, tak tanggung-tanggung juara pertama adalah langganan bagi dia, tertulis indah juara pertama diperuntukkan khusus untuknya. Tetapi sungguh kesedihan ini tak kunjung pergi, rasa iri menyelimuti saat teman-teman lain didampingi oleh ayah dan ibu menerima raport di sekolah. Lihatlah dia tak sekalipun ditemani ayah dan ibu. tengoklah dia namanya selalu dipanggil sebagai juara kelas tapi semua serasa tak lengkap tanpa ayah dan ibu disisi.

Catatan pendidikannya bersinar, bahkan di acara perpisahan SD dia di nobatkan sebagai siswa terbaik, ada kebahagiaan bisa mempersembahkan kebanggaan untuk kakek dan nenek, ada kesedihan terperih saat ayah yang diundang tidak bersedia datang mendampinginginya, air mata tak terbendung lagi, mengapa ayah tak ingin mendampingi disaat membahagiakan seperti ini? Perasaan tak diinginkan itulah yang melingkupi hatinya, air mata banjir mengaliri pipi, hanya pelukan kakek pelipur lara, menangis dalam pelukan beliau adalah tempat terbaik menumpahkan kesedihan.

Ayah.. mengapa tak ingin menemuiku?
ayah.. andai Engkau tau.. semua prestasi ini ananda persembahkan untukmu..
Ayah..anakmu ini ingin membanggakan dirimu..

Tahun berlalu, setamat sekolah dasar anak kecil tadi masuk pesantren tahfidz alqur'an, mempelajari sebaik-baiknya ilmu di dunia ini, menghafal sebaik-baiknya perkataan di dunia ini, tekadnya sebagai penghafal alquran sdh bulat, dan disinilah tempatnya menempa diri, menikmati dan bersyukur untuk semua proses yang di jalani, tak ingin mengejar setoran hafalan untuk kemuliaan di mata manusia, semua semata-mata karena ingin dicintai Allah, dan berharap Dialah yang akan memberi sebaik-baiknya balasan.

Dan sungguh balasan kebaikan yang Allah berikan tak mampu menahan air matanya, kali ini bukan air mata kesedihan, yang ada justru air mata kebahagiaan karena alqur'anlah yang kembali mempertemukan nya dengan ayah dan ibu, saat orang tuanya mengetahui anaknya telah menjadi penghafal alquran tanpa dipanggil mereka berdua mendatanginya dan memeluknya dengan erat.

Dekapan orangtuanya, dekapan yang sudah lama dirindukan, bertahun-tahun akhirnya bisa merasakan bersama ayah dan ibu, memeluk dan mencium mereka dengan penuh takzim, dengan lirih dia berkata :
"ayah.. ibu... alquran adalah terapi kehidupan, kita dipersatukam kembali krn alquran, dan ananda berjanji semoga bisa menjadi kebangan ayah bunda di dunia dan akhirat kelak..insyaAllah.."

*Ahh kisah yang sangat mengharukan, sungguh alquran ini adalah sebaik2nya terapi kehidupan.. T_T

Tidak ada komentar: