Minggu, 20 Februari 2011

Anemia Defisiensi Besi

Anemia adalah salah satu keadaan dengan kadar Hb yang rendah dari nilai normal. Anemia bisa juga berarti suatu kondisi ketika terdapat defisiensi ukuran atau jumlah eritrosit kandungan hemoglobin. Batas normal kadar Hb pada wanita dewasa berkisar antara 12 gr%, pada ibu hamil kadar Hb senilai 11 gr% masih dianggap normal. Sedangkan apabila kadarnya kurang dari 11gr% dinyatakan anemia.

Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan atau vitamin B12, yang semuanya berakar pada asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah (buruk), dan kecacingan yang masih tinggi. Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan, sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut (Arisman, 2004).

Anemia merupakan salah satu faktor risiko yang dapat memperburuk keadaan ibu apabila disertai perdarahan saat kehamilan, persalinan dan pasca salin. Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas. Pengaruh anemia saat kehamilan dapat berupa abortus, persalinan kurang bulan, dan ketuban pecah sebelum waktunya. Pengaruh anemia saat persalinan dapat berupa partus lama, gangguan his dan kekuatan mengedan serta kala uri memanjang sehingga dapat terjadi retensio plasenta. (Manuaba, 1998).

Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kekurangan besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin sehingga disebut anemia defisiensi besi. Kekurangan besi di dalam tubuh tersebut disebabkan karena kekurangan konsumsi zat besi yang berasal dari makanan atau rendahnya absorbsi zat besi yang ada dalam makanan. Kekurangan besi karena kondisi fisiologis, seperti tingginya kebutuhan zat besi selama hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pasca bedah, menstruasi, atau penyakit kronis dan infeksi (Wirakusumah, 1999 dalam Sahruni 2007).

Anemia pada ibu hamil meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan, keguguran, angka prematuritas, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), kematian neonatal, kematian perinatal hingga risiko kematian maternal. Di samping itu, perdarahan lebih sering dijumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemia tidak dapat mentolerir kehilangan darah, ibu hamil yang menderita anemia juga dapat mengalami kegagalan jantung yang dapat mengakibatkan kematian. Sedangkan dampak sosial ekonomi akibat anemia adalah penurunan produktifitas. Apabila ibu hamil dapat melahirkan bayi dengan selamat maka bayi tersebut cenderung memiliki perkembangan kecerdasan lebih rendah bila dibandingkan anak-anak lain yang normal.

Jumlah zat besi di dalam tubuh bervariasi menurut umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis tubuh tubuh. Pada orang dewasa sehat, jumlah zat besi diperkirakan lebih dari 4000 mg, dengan sekitar 2500 mg ada dalam hemoglobin. Di dalam tubuh sebagian zat besi (sekitar 1.000 mg) disimpan di hati berbentuk ferritin. Saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, zat besi dari ferritin dikerahkan untuk memperoleh Hb. Jumlah zat besi yang harus diserap tubuh setiap hari hanya 1 mg atau setara dengan 10-20 mg zat besi yang terkandung dalam makanan. Zat besi pada pangan hewani lebih tinggi penyerapannya yaitu 20-30%, sedangkan dari sumber nabati hanya 1-6% (Arief, 2008).

Kebutuhan zat besi pada setiap trimester kehamilan berbeda-beda. Pada trimester pertama, kebutuhan besi justru lebih rendah dari masa sebelum hamil. Ini disebabkan wanita hamil tidak mengalami menstruasi dan janin yang dikandung belum membutuhkan banyak zat besi. Menjelang trimester kedua, kebutuhan zat besi mulai meningkat. Pada saat ini terjadi penambahan jumlah sel-sel darah merah yang akan terus berlanjut sampai trimester ketiga. Jumlah sel darah merah yang bertambah mencapai 35%, seiring dengan meningkatnya kebutuhan zat besi sebanyak 450 mg. Pertambahan sel darah merah disebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen dari janin. Kosentrasi hemoglobin menurun selama trimester kedua sampai mencapai rata-rata 1 gr/dl. Anemia fisiologis penyebabnya adalah volume plasma yang meningkat jauh diatas peningkatan jumlah sel darah merah.

Kebutuhan zat besi tiap semester sebagai berikut:
Trimester I : Kebutuhan zat besi ± 1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.
Trimester II : Kebutuhan zat besi ± 5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan conceptus 115 mg.
Trimester III : Kebutuhan zat besi ± 5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan conceptus 223 mg.
Menurut WHO, anemia pada ibu hamil diklasifikasikan berdasarkan kadar Hb ibu hamil jadi tiga kategori sebagai berikut :
a. Normal, >11 gr%
b. Anemia ringan, 8-10 gr%
c. Anemia berat, <8 gr%.

Penyebab timbulnya anemia pada seseorang , ada 3 faktor penting yaitu kehilangan darah karena perdarahan, pengrusakan sel darah merah dan produksi sel darah merah yang tidak cukup banyak. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa penyebab utama timbulnya anemia adalah karena kurangnya zat besi yang diperberat oleh rendahnya konsumsi vitamin C. Menurut Gibney (2004) dalam Hadju (2008) terdapat empat pendekatan utama dalam pencegahan dan pengendalian anemia defisiensi zat besi yaitu 1) menyediakan suplemen zat besi, 2) fortifikasi zat besi dalam makanan yang umumnya dikonsumsi oleh masyarakat, 3) pendidikan gizi, dan 4) pendekatan berbasis holtikultur untuk memperbaiki biovailabilitas zat besi dari makanan.

Daftar Bacaan :


Arief Nurhaeni, 2008, Kehamilan dan Kelahiran Sehat, Dian Loka, Yogyakarta.

Astawan Made, 2009, Ensiklopedia Gizi Pangan Untuk Keluarga, Dian Rakyat, Jakarta.

Arisman, 2204, Gizi dalam Daur Kehidupan, Penerbit Buku Kedokteran (EGC), Jakarta.

Curtis, B Glade, 2008, Panduan Lengkap Kehamilan Anda dari Minggu ke Minggu , Golden Books, Yogyakarta.

Manuaba Ida Bagus, 1998, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Penerbit Buku Kedokteran (EGC), Jakarta.

Tidak ada komentar: