#bosan kampanye capres?
Hari tanpa tembakau sedunia (HTTS) baru saja berlalu, coretan saya di
kompasiana tentang tembakau dan tema peringatan HTTs tahun ini link nya
bisa dilihat disini http://m.kompasiana.com/post/read/658771/2/curhat-di-hari-tanpa-tembakau-sedunia-htts.html.
Seperti peringatan HTTS tahun lalu, merujuk pada tema HTTS 2013
"hentikan iklan, promosi dan sponsor rokok" pemerintah menghimbau kepada
media agar tidak menayangkan iklan rokok pada penanggalan 31 mei,
bahkan polemik tentang iklan rokok sempat mencuat saat dukungan regulasi
pelarangan iklan rokok untuk disahkan. Hal ini bukan tanpa alasan sebab
data WHO menyebutkan bahwa di South-East Asia Region/SEARO , tiga dari
empat anak usia 13-15 tahun terpapar oleh iklan rokok, tentu data ini
juga sejalan dengan data riset kesehatan dasar tahun (Riskesda) tahun
2013 juga menunjukkan bahwa perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas
cenderung meningkat dari 34,2 persen menjadi 36,3 persen.
Remaja
di usia-usia rentan begini adalah pencontek paling ulung. Cermin panduan
mereka adalah warna dominan yang mereka lihat, perilaku merokok tak
diadopsi tiba-tiba, bisa karena coba-coba, mencontoh teman sebaya,
duplikat orang tua, atau boleh jadi terpapar iklan rokok yang ada di
lingkup mereka. Masih menurut WHO SEARO, data menunjukkan 1 dari 10
pelajar di Asia Tenggara memiliki benda yang mencantumkan logo sebuah
merek rokok. Tak cuma itu, 7 dari 10 pelajar juga menjumpai merek rokok
saat menonton tayangan olahraga di televisi. Keberhasilan iklan sebagai
media pemasaran jelas berujung pada adopsi perilaku, inilah muara semua
promosi barang ataupun jasa.
Tahun ini peringatan HTTS bertema
"Naikkan Cukai Rokok". Berita baiknya akhirnya Kemenkes mendesak
Kemenkeu manaikkan cukai rokok minimal 57%. Yah, penikmat rokok di
negeri ini usianya semakin dini, tahun 2013 lalu Kemenkes melansir bahwa
perokok remaja di indonesia malah naik 12 kali lipat dalam 12
tahun.wow, angka yang fantastis!! rokok memang murah, perbatangnya
sangat terjangkau oleh uang jajan (baca: kantong) remaja. Sebuah
kompleksitas sempurnah dari pengetahuan akan bahaya rokok yang minim,
keterjangkauan plus regulasi yang longgar.
Andai kabar ini
terealisasi semoga menunjukkan komitmen pemerintah dalam mengendalikan
tembakau. Pengendalian rokok dan dampaknya sudah mencapai titik kritis.
Upaya persuasif berupa peningkatan pengetahuan, menggugah kesadaran
dengan penyuluhan tak bisa menjadi poros utama, kini yang dibutuhkan
adalah strategi makro yang melibatkan penegakkan regulasi, peraturan
daerah (perda) kawasan tanpa rokok (KTR), pembatasan iklan rokok, dan
kini peningkatan cukai rokok. Semoga bisa mengendalikan tembakau dan
dampaknya bagi kesehatan. Mari dukung upaya-upaya ini, naikkan cukai
rokok, lindungi generasi bangsa!
Saya setuju!!
Kamu?
*semoga iya^_^
Kdi, 2 juni 2013
@tatikbahar
^^nite all:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar