Tok..Tok…
Tamu
(T) : Assalamu a’laykum…
Tuan
Rumah (TR) : Waalaykum salam..Siapa?
T
: Maaf, saya mengantar undangan bu..
TR
: Undangan apa?
T
: Undangan pernikahan bu..
TR
: Kapan?
T
: Hari ahad bu
TR
: Di mana?
T
: Di gedung pariwisata bu pukul 19.30
Percakapan
ini biasa terjadi, alangkah mubasirnya pertanyaan-pertanyaan tuan rumah toh
semua pertanyaan sudah ada jawabannya di dalam undangan..akhirnya undangan yang
ada tak pernah dibaca, untuk apa di baca isinya kan sudah ketahuan semua.
Ini adalah sepenggal ilustrasi yang menggambarkan rendahnya budaya
membaca. Sudah hampir setahun mengelola
perpustakaan kampus, tapi kunjungan ke purpustakaan sangat minim, jika
mahasiswa saja yang harusnya dekat dengan ilmu, dekat dengan buku tak berminat
berkunjung ke perpustakaan, apalagi masyarakat umum. Masih hangat di benak kita berita disalah
satu harian di kota ini keluhan pengelola perpustakaan daerah ttg minimnya
pengunjung perpustakaan daerah. Inilah cerminan budaya membaca yang sdh lama
ditinggalkan.
Perhatikan gambar-iklan yang terpampang dijalan utama kota kita,
perbandingan gambar dan tulisan jauh berbeda, yah karena masyarakat lebih suka
melihat gambar ketimbang membaca tulisan, pilih mana (jika dihadapan kita ada
film dan buku) memilih film? Atau buku? Atau pertanyaan singkatnya buku apa
yang sudah kita khatamkan minggu ini? Atau koleksi buku kita, apa sdh ada
penambahan? (*untuk diri sendiri juga)
Berapa banyak org yang berfikir membeli buku, dan berapa banyak
orang yang berfikir membeli baju, Anda termasuk yang mana? Berfikir saat beli
buku, atau berfikir saat beli baju? Hehe… pertanyaan aneh!! J
Prihatin
dengan rendahnya budaya membaca..[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar