Tersebutlah seorang anak dalam kandungan ibu.. belum sempat mengenal
wajah ayah, beliau telah pergi meninggalkannya, sepasang sayap cinta itu
kini telah patah, patah dan menimbulkan lara duka di hati.
Bayi
berkulit putih itu terlahir tanpa merasakan dekapan ayah, ibu
melahirkannya ditemani kakek dan nenek, merekalah pengganti ayah dan
ibunya karena kelak saat usianya belum lagi genap lima tahun ibu pun
memilih meninggalkan dirinya.
Ohh alangkah sedihnya...
Kemana ayah?
Kemana bunda?
Mengapa tak sekalipun bisa melihat dan merasakan dekapan hangat mereka.
Kesedihan tak terkira menghampiri anak kecil tadi, ada saat menangis
memanggil ibu.., ada saat menangis memanggil ayah, merindukan ibu,
merindukan ayah tapi mereka tak pernah di sisi..
Tumbuh dan
berkembang dalam pengawasan kakek nenek menjadikan kakek nenek sosok
paling memahami dirinya, kakek sangat menyayanginya, menggendongnya
kemana-mana, memangkunya dalam dekapan hangat, memboncengnya bersepeda
motor. Mereka adalah nyawa kehidupan bagi anak kecil tadi.
Nenek
pun tak kalah sayang padanya, pelukan dan dekapan hangat nenek adalah
pelipur lara, suara nenek melantunkan ayat suci adalah penghibur
hatinya, saat sedih nenek membacakan ayat alqur'an, belajar dan bermain
bersama suara beliau membaca alqur'an, kebiasaan nenek tilawah alquran
setiap hari adalah pelipur lara dan hiburan baginya, betapa dia betah
berlama2 mendengarkan aluanan suara beliau, betapa bertahun berlalu dan
dia tak pernah bosan mendengarkan bacaan alqur'an nenek. Kini Al qur'an
sebagai obat kesedihannya dan neneklah yang telah menemukan terapi
terbaik untuk kesepian hatinya.
Waktu berlalu anak kecil tadi
tumbuh menjadi anak sehat dan cerdas, pipinya tembem, kulitnya putih
bersih, matanya bola, wajahnya bulat, badannya berisi, otaknya cemerlang
menjadikannya terkenal sebagai juara kelas di sekolah, tak
tanggung-tanggung juara pertama adalah langganan bagi dia, tertulis
indah juara pertama diperuntukkan khusus untuknya. Tetapi sungguh
kesedihan ini tak kunjung pergi, rasa iri menyelimuti saat teman-teman
lain didampingi oleh ayah dan ibu menerima raport di sekolah. Lihatlah
dia tak sekalipun ditemani ayah dan ibu. tengoklah dia namanya selalu
dipanggil sebagai juara kelas tapi semua serasa tak lengkap tanpa ayah
dan ibu disisi.
Catatan pendidikannya bersinar, bahkan di acara
perpisahan SD dia di nobatkan sebagai siswa terbaik, ada kebahagiaan
bisa mempersembahkan kebanggaan untuk kakek dan nenek, ada kesedihan
terperih saat ayah yang diundang tidak bersedia datang
mendampinginginya, air mata tak terbendung lagi, mengapa ayah tak ingin
mendampingi disaat membahagiakan seperti ini? Perasaan tak diinginkan
itulah yang melingkupi hatinya, air mata banjir mengaliri pipi, hanya
pelukan kakek pelipur lara, menangis dalam pelukan beliau adalah tempat
terbaik menumpahkan kesedihan.
Ayah.. mengapa tak ingin menemuiku?
ayah.. andai Engkau tau.. semua prestasi ini ananda persembahkan untukmu..
Ayah..anakmu ini ingin membanggakan dirimu..
Tahun berlalu, setamat sekolah dasar anak kecil tadi masuk pesantren
tahfidz alqur'an, mempelajari sebaik-baiknya ilmu di dunia ini,
menghafal sebaik-baiknya perkataan di dunia ini, tekadnya sebagai
penghafal alquran sdh bulat, dan disinilah tempatnya menempa diri,
menikmati dan bersyukur untuk semua proses yang di jalani, tak ingin
mengejar setoran hafalan untuk kemuliaan di mata manusia, semua
semata-mata karena ingin dicintai Allah, dan berharap Dialah yang akan
memberi sebaik-baiknya balasan.
Dan sungguh balasan kebaikan yang
Allah berikan tak mampu menahan air matanya, kali ini bukan air mata
kesedihan, yang ada justru air mata kebahagiaan karena alqur'anlah yang
kembali mempertemukan nya dengan ayah dan ibu, saat orang tuanya
mengetahui anaknya telah menjadi penghafal alquran tanpa dipanggil
mereka berdua mendatanginya dan memeluknya dengan erat.
Dekapan
orangtuanya, dekapan yang sudah lama dirindukan, bertahun-tahun
akhirnya bisa merasakan bersama ayah dan ibu, memeluk dan mencium mereka
dengan penuh takzim, dengan lirih dia berkata :
"ayah.. ibu...
alquran adalah terapi kehidupan, kita dipersatukam kembali krn alquran,
dan ananda berjanji semoga bisa menjadi kebangan ayah bunda di dunia dan
akhirat kelak..insyaAllah.."
*Ahh kisah yang sangat mengharukan, sungguh alquran ini adalah sebaik2nya terapi kehidupan.. T_T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar