#Midwives Day
Tak banyak yang tahu bahwa ada satu penanggalan di bulan ini yakni 24
juni 2014 diperingati sebagai hari bidan nasional. Bidan sebuah profesi
mulia yang mungkin bagi sebagian kalangan kurang populer. Indikator
“kurang populer” nya boleh jadi ketidaktahuan “midwives day” di
bulan ini. Bidan adalah salah satu ujung tombak pelayanan Kesehatan Ibu
dan Anak juga berperan besar dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di negeri ini.
Dalam satu waktu jelang peringatan hari bidan
nasional, saya berkesempatan memewawancarai ibu-ibu bidan di salah satu
wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari, berikut kutipan wawancara
yang sempat saya ingat :)
–
“saya itu klo ketemu ibu hamil satu kataji saya bilang
“posyandu..!! ingat posyandu!!” Ketemu di pasar, ketemu di jalan,
ketemu dimana saja satu kataji saya sampaikan” bu posyandu jangan lupa,
posyandu…posyandu.. !!!” Dimana-mana saya pergi motto-ku posyandu!!
Ibu bidan ini berusia 33 tahun dan sudah
bekerja kurang lebih 12 tahun sebagai bidan desa, dengan sangat antusias
menyampaikan bahwa mottonya selama ini dalam menjalankan tugas adalah
mengingatkan ibu hamil untuk ke posyandu, kapan dan dimanapun beliau
berjumpa dengan ibu-ibu hamil di wilayah kerjanya.
“Oh klo saya ketemu pasien apalagi ketemu ibu hamil KEK (Kekurangan
Energi Kronis), satuji pesanku ” makan bu!! pokoknya makan!! klo perlu
kita berkelahi dengan makanan, ingat bu nah “berkelahi dengan makanan
!!!”
Lain lagi dengan ibu bidan yang satu ini,
dalam menjalani tugasnya selama 20 tahun dia punya istilah sendiri untuk
menyampaikan pesan ke ibu hamil di wilayah kerjanya, “berkelahi dengan
makanan”. Istilah ini biasanya disampaikan pada ibu-ibu hamil yang
mengalami masalah gizi selama kehamilannya.
“Oh saya pernahmi saya baku angkat
dengan suaminya pasien, dia tidak mau istrinya dibawa ke rumah sakit,
padahal istrinya sudah gawat!! saya panggilkan ketua RT!! klo tugas no
HP- nya RT RW harus kita ambil, no HP-nya kader harus kita ambil,
minimal kerabatnya harus kita ambil..klo ada apa-apa hubungi bidannya,..
kita syukur sekalimi klo da mau bekerja sama, kita tidak harapji
apa-apa”
Ibu bidan yang berusia 31 tahun ini menceritakan bahwa
pengalaman paling berkesan selama menjalankan tugas menjadi bidan desa
adalah saat menangani kehamilan berisiko pasiennya dan suami si ibu
hamil tidak bersedia istrinya dibawa ke pusat pelayanan kesehatan dengan
alasan masih sanggup menangani sendiri keadaan istrinya, upayanya
akhirnya berhasil setelah melibatkan tokoh masyarakat setempat
“Saya itu saya dibilangkan sama ibu
hamilku, oh itu ibu bidan memang cerewet, tapi baik kasian hatinya!!
Saya to dimana2 pergi klo ketemu masyarakat ..oh ibu bidan… ibu
bidan..singgahki..ke rumahki bu bidan!!”
Lain lagi dengan ibu bidan yang satu ini,
salah satu kesan paling menyenangkan dalam menjalankan tugasnya sebagai
bidan desa adalah dikenal luas oleh masyarakat tempatnya bertugas,
kemana pun dia berada sapaan masyarakat tak pernah putus padanya.
Suka dan duka menjadi bidan, bidan sahabat perempuan, bukankah begitu :)
–
*note 21062014
**kutipan dalam salah satu FGD bersama ibu-ibu bidan
@salamsehat
Jika kehidupan adalah perjalanan yang berujung, maka menulis akan mengabadikan kehidupan...
Minggu, 29 Juni 2014
Selasa, 03 Juni 2014
Selamatkan Generasi dengan Cukai Rokok !
#bosan kampanye capres?
Hari tanpa tembakau sedunia (HTTS) baru saja berlalu, coretan saya di kompasiana tentang tembakau dan tema peringatan HTTs tahun ini link nya bisa dilihat disini http://m.kompasiana.com/post/read/658771/2/curhat-di-hari-tanpa-tembakau-sedunia-htts.html.
Seperti peringatan HTTS tahun lalu, merujuk pada tema HTTS 2013 "hentikan iklan, promosi dan sponsor rokok" pemerintah menghimbau kepada media agar tidak menayangkan iklan rokok pada penanggalan 31 mei, bahkan polemik tentang iklan rokok sempat mencuat saat dukungan regulasi pelarangan iklan rokok untuk disahkan. Hal ini bukan tanpa alasan sebab data WHO menyebutkan bahwa di South-East Asia Region/SEARO , tiga dari empat anak usia 13-15 tahun terpapar oleh iklan rokok, tentu data ini juga sejalan dengan data riset kesehatan dasar tahun (Riskesda) tahun 2013 juga menunjukkan bahwa perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas cenderung meningkat dari 34,2 persen menjadi 36,3 persen.
Remaja di usia-usia rentan begini adalah pencontek paling ulung. Cermin panduan mereka adalah warna dominan yang mereka lihat, perilaku merokok tak diadopsi tiba-tiba, bisa karena coba-coba, mencontoh teman sebaya, duplikat orang tua, atau boleh jadi terpapar iklan rokok yang ada di lingkup mereka. Masih menurut WHO SEARO, data menunjukkan 1 dari 10 pelajar di Asia Tenggara memiliki benda yang mencantumkan logo sebuah merek rokok. Tak cuma itu, 7 dari 10 pelajar juga menjumpai merek rokok saat menonton tayangan olahraga di televisi. Keberhasilan iklan sebagai media pemasaran jelas berujung pada adopsi perilaku, inilah muara semua promosi barang ataupun jasa.
Tahun ini peringatan HTTS bertema "Naikkan Cukai Rokok". Berita baiknya akhirnya Kemenkes mendesak Kemenkeu manaikkan cukai rokok minimal 57%. Yah, penikmat rokok di negeri ini usianya semakin dini, tahun 2013 lalu Kemenkes melansir bahwa perokok remaja di indonesia malah naik 12 kali lipat dalam 12 tahun.wow, angka yang fantastis!! rokok memang murah, perbatangnya sangat terjangkau oleh uang jajan (baca: kantong) remaja. Sebuah kompleksitas sempurnah dari pengetahuan akan bahaya rokok yang minim, keterjangkauan plus regulasi yang longgar.
Andai kabar ini terealisasi semoga menunjukkan komitmen pemerintah dalam mengendalikan tembakau. Pengendalian rokok dan dampaknya sudah mencapai titik kritis. Upaya persuasif berupa peningkatan pengetahuan, menggugah kesadaran dengan penyuluhan tak bisa menjadi poros utama, kini yang dibutuhkan adalah strategi makro yang melibatkan penegakkan regulasi, peraturan daerah (perda) kawasan tanpa rokok (KTR), pembatasan iklan rokok, dan kini peningkatan cukai rokok. Semoga bisa mengendalikan tembakau dan dampaknya bagi kesehatan. Mari dukung upaya-upaya ini, naikkan cukai rokok, lindungi generasi bangsa!
Saya setuju!!
Kamu?
*semoga iya^_^
Kdi, 2 juni 2013
@tatikbahar
^^nite all:)
Hari tanpa tembakau sedunia (HTTS) baru saja berlalu, coretan saya di kompasiana tentang tembakau dan tema peringatan HTTs tahun ini link nya bisa dilihat disini http://m.kompasiana.com/post/read/658771/2/curhat-di-hari-tanpa-tembakau-sedunia-htts.html.
Seperti peringatan HTTS tahun lalu, merujuk pada tema HTTS 2013 "hentikan iklan, promosi dan sponsor rokok" pemerintah menghimbau kepada media agar tidak menayangkan iklan rokok pada penanggalan 31 mei, bahkan polemik tentang iklan rokok sempat mencuat saat dukungan regulasi pelarangan iklan rokok untuk disahkan. Hal ini bukan tanpa alasan sebab data WHO menyebutkan bahwa di South-East Asia Region/SEARO , tiga dari empat anak usia 13-15 tahun terpapar oleh iklan rokok, tentu data ini juga sejalan dengan data riset kesehatan dasar tahun (Riskesda) tahun 2013 juga menunjukkan bahwa perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas cenderung meningkat dari 34,2 persen menjadi 36,3 persen.
Remaja di usia-usia rentan begini adalah pencontek paling ulung. Cermin panduan mereka adalah warna dominan yang mereka lihat, perilaku merokok tak diadopsi tiba-tiba, bisa karena coba-coba, mencontoh teman sebaya, duplikat orang tua, atau boleh jadi terpapar iklan rokok yang ada di lingkup mereka. Masih menurut WHO SEARO, data menunjukkan 1 dari 10 pelajar di Asia Tenggara memiliki benda yang mencantumkan logo sebuah merek rokok. Tak cuma itu, 7 dari 10 pelajar juga menjumpai merek rokok saat menonton tayangan olahraga di televisi. Keberhasilan iklan sebagai media pemasaran jelas berujung pada adopsi perilaku, inilah muara semua promosi barang ataupun jasa.
Tahun ini peringatan HTTS bertema "Naikkan Cukai Rokok". Berita baiknya akhirnya Kemenkes mendesak Kemenkeu manaikkan cukai rokok minimal 57%. Yah, penikmat rokok di negeri ini usianya semakin dini, tahun 2013 lalu Kemenkes melansir bahwa perokok remaja di indonesia malah naik 12 kali lipat dalam 12 tahun.wow, angka yang fantastis!! rokok memang murah, perbatangnya sangat terjangkau oleh uang jajan (baca: kantong) remaja. Sebuah kompleksitas sempurnah dari pengetahuan akan bahaya rokok yang minim, keterjangkauan plus regulasi yang longgar.
Andai kabar ini terealisasi semoga menunjukkan komitmen pemerintah dalam mengendalikan tembakau. Pengendalian rokok dan dampaknya sudah mencapai titik kritis. Upaya persuasif berupa peningkatan pengetahuan, menggugah kesadaran dengan penyuluhan tak bisa menjadi poros utama, kini yang dibutuhkan adalah strategi makro yang melibatkan penegakkan regulasi, peraturan daerah (perda) kawasan tanpa rokok (KTR), pembatasan iklan rokok, dan kini peningkatan cukai rokok. Semoga bisa mengendalikan tembakau dan dampaknya bagi kesehatan. Mari dukung upaya-upaya ini, naikkan cukai rokok, lindungi generasi bangsa!
Saya setuju!!
Kamu?
*semoga iya^_^
Kdi, 2 juni 2013
@tatikbahar
^^nite all:)
Langganan:
Postingan (Atom)